Museum Benteng Vredeburg atau “Fort Vredeburg Museum” adalah sebuah benteng kolonial yang terletak di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kompleks militer, yang milik Kesultanan Yogyakarta tetapi dikelola oleh pemerintah pusat, sekarang menjadi museum perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang dibuka pada tahun 1992. Dia berada di dekat Kraton Yogyakarta, atau Istana Sultan, dan di depan Gedung Agung.
Museum Benteng Vredeburg Sejarah
Museum Benteng Vredeburg Benteng
Pada tahun 1760, Nicolaas Harting, gubernur Belanda di pesisir utara Jawa, meminta dibangun benteng di Yogyakarta setelah pendirian Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang baru. Benteng pertama, yang dibangun di atas tanah yang diberikan oleh Sultan Hamengkubuwono I, adalah benteng kayu sederhana dengan empat bastion. Kemudian, di bawah pengawasan arsitek Belanda Frans Haak, benteng ini diperluas menjadi struktur yang lebih permanen pada tahun 1767. Setelah selesai pada tahun 1787, benteng ini diberi nama Fort Rustenburg (“benteng peristirahatan” dalam bahasa Belanda).
Benteng kuno ini hancur oleh gempa bumi pada tahun 1867. Dibangun kembali, benteng ini diberi nama Benteng Vredeburg, yang dalam bahasa Belanda berarti “benteng perdamaian”, karena benteng dan Kraton Sultan hidup berdampingan secara damai.
Kemudian, pada tahun 1942, tentara Jepang mengambil alih Benteng Vredeburg dan menggunakannya sebagai markas tentara dan penjara perang. Setelah Jepang meninggalkan Hindia Belanda pada tahun 1945, tentara Indonesia menggunakan Benteng Vredeburg sebagai pos komando militer, barak, dan penjara untuk para tersangka komunis.
Museum
Pada tahun 1947, peringatan empat puluh tahun berdirinya Budi Utomo di benteng tersebut diperingati. Pada kesempatan ini, Ki Hadjar Dewantara menyampaikan ide untuk menjadikan benteng sebagai lembaga kebudayaan. Untuk mencapai hal ini, sebuah yayasan yang baru didirikan bertanggung jawab untuk memperbaiki benteng kuno secara bertahap.
Pada tahun 1980, Sultan Hamengkubuwono IX dan Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mencapai kesepakatan untuk mendirikan lembaga kebudayaan di benteng. Akibatnya, bangunan tersebut dilakukan renovasi besar-besaran pada tahun 1982. Rencana awal telah diubah oleh Menteri baru Nugroho Notosusanto pada tahun 1984. Dia malah membangun museum untuk menampilkan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Museum ini secara resmi dibuka pada 23 November 1992.
Di Yogyakarta, banyak peristiwa yang merusak banyak bangunan dan kekayaan budaya, termasuk benteng. Setelah itu, itu diperbaiki.
Pameran
Koleksi foto vintage, benda bersejarah, dan replikanya ada di museum ini. Museum juga menampilkan diorama yang menggambarkan perjalanan kemerdekaan Indonesia. Meskipun museum dibuka pada tahun 1992 dengan total 93 etalase diorama, hanya 30 yang selesai. Pada Maret 1996, 18 etalase tambahan ditambahkan.
Etalase diorama tersebut menampilkan semua peristiwa yang terjadi di sekitar Yogyakarta. Diorama tersebut menggambarkan berbagai peristiwa, mulai dari penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830 hingga kembalinya Sukarno ke Jakarta pada tahun 1949. Dua bagian diorama: yang pertama membahas peristiwa luar biasa (33), seperti berdirinya Muhammadiyah atau Taman Siswa; yang kedua membahas perang dan perjuangan (15), seperti perang gerilya selama perang kemerdekaan.
Arsitektur
Benteng ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan penduduk Belanda, dan dikelilingi oleh parit, atau jajang. Beberapa sisa parit telah dibangun kembali dan masih dapat dilihat sekarang. Benteng ini berbentuk persegi dengan empat bastion, atau menara pengawasan, di setiap sisi.